Tuesday, August 3, 2010

Negeri Para Bedebah

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan


Karya:Adhie Massardi

Thursday, July 8, 2010

first lirics written by me


-There’s no one like U-
In every deep of my heart. . .
It’s always fill to think about u. . .
I don’t know how to explain my feeling now!!
It’s a very sweety tourmen
It’s a very sweety tourmen
Reff: There’s no eyes like u has. . .
There’s no smile like u gave. . .
There’s no act like u do. . .
Coz there’s no one like u. . .
Would u to look back ??
to find me here. . .whose always waiting. . .
waiting for ure come. . .
waiting for ure smile. . .
waiting 4 ure hold. . .
                                                              waiting for ure explanation. . .
I’ll Keep this felling just in my mine
Coz there’s no one like u

Monday, July 5, 2010

Orang Miskin ga boleh sekolah ya,,,


Tahun ajaran baru 2010 – 2011 akan segera dimulai, sepanjang 2 pekan ini hiruk pikuk penyambutannya pun sudah mulai terasa di sendi-sendi kehidupan masyarakat kota ku dan mungkin kota-kota lainnya di Indonesia yang masih memiliki anggota keluarga usia sekolah ,terkecuali -tentu saja- sebagian kecil dari masyarakat (orangtua) yang masih asyik masyuk menghabiskan masa pergantian tahun ajaran ini dengan menikmati kemewahan lain,, untuk sekedar membayar perjuangan anaknya belajar selama setahun kebelakang bernama LIBURAN!!! (lupa rasanya kapan terakhir melakukan,,loh koq curhat??).
Tak pelak hal ini memaksa orang tua (yang tentu saja masih memiliki anak usia sekolah) harus kerja lebih ekstra dari biasanya, baik ekstra materi maupun ekstra fikiran. dan Adalah para orang tua yang anaknya akan memasuki jenjang satuan pendidikan yang baru (Misal dari SD ke SMP-red) yang tentu saja harus menyediakan ,,,ruang ekstra lebih banyak dihati untuk gelisah,,,ruang ekstra lebih banyak di otak untuk berfikir,,,ruang ekstra lebih banyak ibadah untuk berdoa dan tentu saja ruang (tanpa ‘r’) ekstra lebih banyak di kantong untuk membayar (hahaha). Tanya Mengapa??
Rasa-rasanya bagi mereka (para orangtua), belum lagi sepenuhnya hilang rasa harap-harap cemas itu (suasana ketika akan meng akhiri tahun ajaran lama,-red) tapi tiba-tiba sudah harus disadarkan kembali untuk menghadapi kenyataan baru bernama Tahun Ajaran baru. Suasana mencekam (weleh-weleh) dimulai ketika anaknya akan menghadapi Ujian Nasional yang konon katanya dijuluki Ujian Maut karena di sinyalir mampu merenggut nyawa,(hihihi syerem) kerepotan orang tua dalam hal ini ditandai dengan seberapa cekatan orang tua untuk mendaftarkan anak-anaknya les kanan-kiri untuk persiapan menghadapi ujian nasional dengan biaya bimbingan yang tak bisa dibilang murah, karena -tentu saja – ingin anaknya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan, akhirnya anak-anak yang tak mampu membayar biaya mengikuti les harus puas dengan hanya membayar (apaa??bayar??) uang foto copian soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya yang mereka dapat dari guru (plus banyak-banyak berdoa,!! T.T).
Kecemasan tentu saja tidak berhenti begitu saja setelah menerima selembar kertas yang bertuliskan LULUS/MENGULANG tapi juga akan berlanjut dengan kecemasan session Ramadhan (nahh loh,, sinetron) berikutnya yang dapat mengakibatkan susah makan, kurang tidur, badan pegal-pegal , dan susah buang air besar,,yaitu,,apakah Nilai Ujian yang telah diperoleh sang anak cukup dapat menghantarkannya kesekolah favorit hampir sebagian besar rakyat Indonesia yaitu SEKOLAH NEGERI, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa harga sekolah-sekolah swasta (yang mungkin memiliki kualitas) setinggi langit (lebay),, mau tidak mau,,sekolah negeri lah yang menjadi pilihan agar sang ibu tak perlu terlalu besar menulis anggaran sekolah yang bercampur dengan anggaran beli cabe (yg konon kabarnya ga akan turun sampe lebaran) plus anggaran lain yang siap-siap akan melonjak seiring kenaikan TDL (OHH no!!).
Namun apakah kecemasan berakhir setelah session ini?? Tentu tidak,,malah mungkin –jika dapat meminjam istilah penulisan drama dsb- telah memasuki klimaks nya

(to be continue)

Wednesday, February 17, 2010

Puisi Indah Rendra ( tentang mu dan Dia)

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra