Thursday, June 23, 2011

Oh,, Patah Hatiku yang Prematur


Tell me her  name 
I want to know
The way she looks
And where you go
I need to see her  face
I need to understand
Why you and I come to an end






Lama aku memandang sebait lirik ini sebelum akhirnya bisa menyusun kalimat demi kalimat dibawahnya. Lama dalam artian aku sempat tertegun, kagum dan menjadi speechless sesaat . Betapa sepenggal lirik (sepertinya) mampu dengan tepat dan tanpa tedeng aling-aling merepresentasikan perasaan yang dalam dari banyak hati , yah perasaan dari banyak hati perempuan pada umumnya dan muslimah khususnya di luaran sana yang mengalami salah satu fase tidak mengenakkan -dan pasti tidak diinginkan- dalam hidup yang beberapa pengamat perilaku dan kejiwaan manusia bernama psikolog menyimpulkan dengan menyebutnya patah hati ! (owhh no!!).

Sungguh aku merasa tak terlalu berlebihan jika ku bilang bahwa aku benar-benar “menyukai” lirik lagu diatas . Apa pasal? padahal yang tertulis diatas hanya sepenggal lirik yang (dengan sengaja) ku kutip dari lagu Lara Fabian berjudul Broken Vow , mendengar ( membaca lebih tepatnya) judul nya saja udah bikin hati gerimis apalagi membaca keseluruhan liriknya yang jika diterjemahkan bebas -menurut versi Inggrisku yang paspasan en kamus poket seadanya di aplikasi HP- arti judul Broken Vow adalah janji suci untuk hubungan (menikah) yang dilanggar.  *daleeem yaa 

Mungkin tidak banyak (tapi pasti ada) perempuan (muslimah) yang nasibnya setragis  versi patah hati seperti yang disiratkan dilagu itu , yaitu karena orang (yang harusnya) special dihatinya akhirnya memilih untuk membatalkan janji menikah dan justru memilih orang lain, mengingkari dan menghianati  janji akan menikah, seperti yang sebelumnya telah disepakati bersama.
Ahh, semoga saja tidak banyak, tapi (mungkin) persentase yang lebih banyak adalah yang mengalami kisah patah hati namun tidak seratus persen sama dengan kisah lagu diatas, tapi secara esensi masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat  pada satu istilah  bernama patah hati tadi. Baik itu patah hati karena cinta sebelum waktunya ataupun patah hati karena cinta tak bersambut. 

Dan jika kepadamu, kepada anda, kepada saudariku muslimah sekalian aku bertanya apa kalian pernah patah hati ? sebagian mungkin menjawab tidak pernah (baguuss,, prok prok prok), tapi pasti ada sebagian yang menjawab YA (tenang, kalian ga sendiri koq), sebagian yang lain mungkin menjawab hanya dengan mengangguk perlahan, dan sebagian lagi (walaupun sebenarnya iya) enggan menjawab mungkin merasa itu adalah tentang membocorkan aib pribadi (Boo,,hari gene patah hati?? Iihhh pliss deeh, Ga 2011 banget!! ) hehehe. Tapi enggan menjawab pun tidak masalah, aku toh sekarang tidak sedang melakukan survey (lagi).
Dan bagaimana dengan aku? Dengan tak ada rasa bangga sama sekali, aku menjawab YA, aku pernah. See?? I’ve confessed…
Menurut beberapa orang yang konon katanya ahli dalam dunia perpatahatian dan menurut unsur kesoktauan dalam diriku, patah hati akan selalu tak pernah datang tiba-tiba, ia selalu didahului dengan peristiwa lain yang bernama jatuh cinta. Yap jatuh cinta! 

Cinta   
Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang saling mencintai, menyebutnya takdir.
Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kita kesusahan untuk menguji.
Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam.
(Lupa mengutip dari mana, nyuwun ngapuro nggih penulisnya )
 
Teman, sahabat, saudariku pembaca yang kucintai karena Dien ini, seperti kalian yang tak pernah ingin patah hati, sungguh, aku pun tak ingin jatuh cinta. Aku tak pernah ingin jatuh cinta sebelum waktunya tiba, jika dengan mudah aku dapat memilih, aku tentu hanya ingin jatuh cinta pada suamiku kelak, orang yang pantas menerima cinta putih murni ku.
Tapi kadang diriku, dirimu, dan kalian (mungkin) tak selalu bisa sepenuhnya dapat mengendalikan apa yang kita inginkan. Maka akhirnya jatuh cintalah kita (eh aku ding) dan kemudian menjadi patah hati prematur dalam waktu yang hampir bersamaan alias menurut mb Asma Nadia , kita sedang mengalami yang namanya Jatuh cinta untuk patah hati . (huaaaaaaa).

Sepertinya  benar (menurutku) bahwa  patah hati adalah peristiwa yang selalu didahului dengan jatuh cinta -karena jika tidak jatuh cinta kita tidak perlu harus patah hati- dan kemudian tanpa pernah bilang permisi (biasanya)patah hati akan selalu dilanjutkan dengan peristiwa cemburu. (hiks)

Sungguh ganjil rasa cemburu
Sungguh berbeda rasa sakitnya.
Di kepala seperti disiram seember air es
Di mulut rasanya seperti tergigit semut rambutan
Di dada rasanya menggeletar.
(taken from : Andrea Hirata – Padang Bulan)


Sehari, dua hari bahkan seminggu, kita masih mengangis? kecewa? hati berkeping-keping? patah jadi dua? (lebay ah) karena kenyataan tak sesuai harapan? *Fine !

Sehari, dua hari, seminggu bahkan sebulan, kita masih belum menerima kenyataan, diam-diam (takut ketahuan) masih sesekali melihat profil dan statusnya di facebook dan memandangi TLnya di twitter, berharap mendapat jawaban apa kira-kira si HIM bahagia dengan si HER pilihannya sekarang? *ga aneh koq!

Sehari, dua hari, seminggu bahkan sebulan kita berusaha mencari tau, apa sih kelebihannya si HER sampai-sampai si HIM memilihnya untuk mengantikan posisi yang kita harap menjadi milik kita? *Wajar!

Sehari, dua hari, seminggu bahkan sebulan kita kadang masih saja keep on asking why??? Why not me, I’m really much better than HER , right? *cemburu yang sangat Manusiawi!

itu sehari, dua hari, seminggu,,bahkan sebulan but what Next?? Life must go on,, !! ini terdengar sangat klise, dan memang (klise) namun hal yang terdengar sangat klise, biasanya selalu mendekati benar, seperti kalimat “ biar waktu yang menjawab semua” (hehehe, nyari pembenaran nih yee :p).

Ketika kita menangis dan sedang meratap berlebihan karena kehilangan cinta, pernahkan kita berfikir jika kelak orang suami kita adalah orang yang dulunya juga melakukan hal yang sama, yaitu menangis berlebihan untuk cinta yang lain, dan itu bukan untuk kita. Tak cemburu kah kita nanti?
Sebaiknya kita cemburu, bukankah kata banyak ahli pernikahan dan percintaan, cemburu adalah tanda cinta…?

Kalau boleh jujur (pasti boleh) setiap perempuan/muslimah (tentu) ingin pasangannya kelak adalah orang yang sebelumnya belum pernah melabuhkan perasaan specialnya pada siapapun sebelum kita. Iyaa kan??

Maka bukankah logis, jika seorang muslimah yang mengharap seseorang berhati suci (belum pernah jatuh cinta) , maka ia pun harus melakukan hal yang sama, bukankah women in purity are for men of purity and men of purity are for women of purity (Quran 24;26) , namun jika sudah terlanjur pernah jatuh cinta, dan pangeran itu memang ‘tak jadi datang’ maka mungkin langkah selanjutnya adalah tidak  terlalu berlarut-larut dalam air mata. So, langkah pertama, bungkus airmata.

Masih setengah sesegukan dan diam-diam masih mengintip akun facebooknya,,? Tidak papa, semoga saja di akun itu kita sedang menyaksikan dia bahagia, dan -mau tidak mau kita- harus menerima kenyataan bahwa dia (ternyata) benar-benar sudah bahagia, kemudian kita (harus) berusaha melupakannya, bukankah kata para banyak ahli percintaan (lagi-lagi),, Cinta adalah melihat orang yang dicintai bahagia?? So, langkah kedua, terima kenyataan.

Hmm,, masih sedih, Masih merasa kita yang harusnya lebih pantas untuk si HIM? jangan takabur sahabat, bukankah Dia yang lebih tau?? Perasaan sedang cemburu tidak lantas membuat kita diizinkan untuk kehilangan setengah dari akal sehat dan pikiran jernih kita kan? Coba pikir-pikir lagi deh, mungkin saja kita memang (kali ini) belum pantas untuk HIM, dari segi kualitas diri, alias gak balance. dan HER lah yang Dia anggap lebih matching (pake baju kalee matching) hehe. So, langkah ketiga , segera pantas-pantaskan diri untuk segera siap ‘memenangkan hati’ orang lain  dengan meningkatkan kualitas diri, contoh : yang tadi nya  prossesor nya Celeron menjadi Core 2 duo,  :p. 

Kalau setelah difikir-fikir ternyata merasa diri sudah oke (eits, tuh kan sombong :p), coba diinget-inget lagi, jangan-jangan memang selama ini kita terlalu ‘tinggi’ menilai HIM, padahal dia sih mungkin ‘biasa’ aja, intinya HIM lah yang sebenarnya ga pantas buat kita (hahahaha, narsis mode on). So, selanjutnya, akan selalu ada harapan.

Jika kita kehilangan cinta, maka (yakinlah) pasti selalu ada alasan di baliknya.
Alasan yang memang kadang sulit untuk dimengerti,
namun bukankah kita harus tetap percaya
bahwa ketika Dia mengambil sesuatu,
maka Dia telah siap memberi yang lebih baik ??

So, ternyata (menurutku) jatuh cinta dan patah hati tidak sepenuhnya salah , tak selalu memalukan dan tak berarti  bumi serasa berhenti berputar *aihh bahasaku* kan? (niscaya) akan selalu ada jalan keluar.  

Mungkin perlu waktu untuk dimengerti, kenapa hati yang berbunga kemudian harus luruh  dan kenapa tidak setiap cinta berakhir bahagia (Asma Nadia).

Bukankah (menurut beberapa cerita, semoga ini benar, kalau salah, semoga dimaafkan yee) meskipun akhirnya menikah, Fatimah Azzahra ternyata (diam-diam) juga menyimpan rasa terlebih dahulu -sebelum menikah- terhadap Ali.ra dan  baru diakuinya setelah menikah . Jadi semoga kita bukan yang pertama dan pasti kita tidak sendiri.
Masih sedih?  masih merasa 'luka' nya belum sembuh benar? ,, memang tidak selalu mudah,, tapi bukan berarti ga bisa kan ??
Ayo bungkus air mata, tetap semangat dan jangan bersedih 

Alloh,
Maafkan hamba
Yang seringkali lebih mencintai dunia
Dan melupakan
Wajah-wajah cinta yang lain
Yang abadi dan tak pernah berakhir duka
(taken from; Asma Nadia)





-In the dialogue with my self-
With the Light rain; Balikpapan, June  2011

Sunday, June 19, 2011

My Serdadu Kumbang (behind the story)


1308366494295078457

Kemarin  untuk pertama kali nya saya pergi bioskop untuk nonton film pada jam tayang diatas jam 19.00,,  tak beruntung bagi saya -karena salah melihat jadwal- akhirnya saya dan teman saya yang berencana nonton pada jam tayang 20.05 harus menerima kenyataan, mau tidak mau, suka tidak suka  (lebay ya) harus nonton pada jam 20.45 yang artinya dengan durasi sekitar 120 menit,, film baru akan berakhir sekitar jam 22.30 dan itu artinya saya baru akan sampai dirumah jam 23.00 (oh Tuhan,, maafkan hambamu ini *hehe ,, dan semoga orang rumah ga bingung nyariin) . Dengan pengorbanan begitu besar (versiku) tentu saya sangat berharap film ini tidak mengecewakan,, ahh semoga saja !

Sebagai penikmat Film  yang ga sabaran,, saya tentu menunggu dengan harap-harap cemas klimaks dari Film yang di persembahkan atas kerjasama PT.Newmount Nusa Tenggara dengan Alenia Production ini,, karena setelah hampir 1,5  jam berselang,, Film ini belum menunjukkan tanda-tanda akan menuju klimaksnya,, untung nya dengan sinematografi yang baik, film yang berlatar bumi Sumbawa ini memanjakan penonton nya dengan panorama-panorama indah perbukitan dan pedesaan di sepanjang film berlangsung jadi saya tak terlalu merasa bosan sembari menunggu klimaks cerita.

Sayang nya keindahan panorama bumi Sumbawa tak berbanding lurus dengan apa yang terjadi di suatu Sekolah di Dusun Mantar, tempat  tiga bocah menimba ilmu. Alkisah ada seorang bocah bernama Amek dan dua karibnya Umbe, dan Acan yang serba kekurangan dan sempat tidak lulus Ujian Nasional (UN) tahun lalu. Hal tersebut yang membuatnya semakin tidak yakin bisa menggapai cita-citanya.

Perjuangan Amek, dan sahabat-sahabatnya yang lain dalam meraih cita-cita tidak se
mulus yang dibayangkan. Beberapa kali tidak lulus Ujian Nasional, namun tidak sampai membuat mereka putus asa meskipun disekolah mereka sering mendapat hukuman-hukuman fisik karena beberapa ulah yang mereka lakukan.

Beberapa diantaranya bahkan menempuh cara yang tidak wajar agar bisa lulus ujian, pergi ke dukun dsb. yang menarik perhatian saya,, Amek dan teman-temannya punya tradisi unik yaitu menggantungkan secarik kertas bertuliskan cita-cita mereka kemudian dimasukkan ke dalam botol dan digantungkan di dahan pohon yang oleh masyarakat setempat dinamakan "Pohon Cita-cita". hmmm,, menarik menurut saya.

Berbeda dengan Amek, adalah Minun kakak Amek yang  sering menjuarai lomba matematika se Kabupaten Sumbawa Barat. Sederet piala dan sertifikat berjejer diruang tamu mereka. Minun adalah ikon sekolah, kebanggaan keluarga dan masyarakat di Desa Mantar.cerita hampir memasuki klimaks ketika pengumuman kelulusan UN di SMP  tersebut (SMP Minun &kawan2)  menyebutkan bahwa tak satupun siswa nya lulus. Minun yang merasa sangat terpukul kemudian lari menuju pohon cita-cita,  dimana ia dan kawan-kawan nya yang lain pernah menuliskan cita-cita nya diselembar kertas , dimasukkan ke dalam botol dan kemudian digantungkan disalah satu dahan pohon tersebut, tak ayal minun pun jatuh dan meninggal seketika. Kampungpun gempar !!
akhirnya saya pun mendapat klimaks cerita yang saya tunggu sedari tadi,,,

meskipun tak terlalu dijelaskan di Film itu mengapa kemudian si Minun yang juara matematika sampai bisa tidak lulus ujian tapi hal ini tentu menjelaskan kepada kita tentang salah satu potret buram pendidikan di Indonesia, bahwa prestasi yang diperoleh bertahun-tahun bisa jadi tak bernilai dibandingkan nilai/kesalahan teknis dalam 3-4 hari peristiwa UN.
Yang kemudian memotivasi beberapa siswa sd/smp/sma bunuh diri karena nilai yang diperoleh selama 3-4 hari di UN tsb tak cukup memadai untuk bergelar LULUS !,,

Tapi itu cerita setahun dua tahun silam,,, Diknas beserta jajarannya kemudian merivisi kebijakan baru bahwa keLULUSan tidak 100% hanya berdasarkan nilai UN, tapi 40% dari nilai UAS (kebijakan sekolah) dan 60% nilai UN. Apakah masalah selesai ? Pembaca tentu masih ingat dengan Siami dan anaknya yang mengalami kisah tragis karena ingin jujur dalam UN.
belum lagi kisah beberapa kecurangan yang lain yang diindikasi dimotivasi oleh oknum perangkat pendidikan sendiri baik kepada guru ataupun kepada murid. Guru yang ingin jujur dianggap aneh dan murid yang ingin jujur di isolasi lingkungan.

menanggapi hal ini teman saya sempat melemparkan paradoks ,, misalnya diantara 100 orang ,, 99 orang gila dan 1 orang yang waras,, siapa yang sebenarnya gila hayoo ??
melihat fenomena Siami dll,, saya sempat berdiskusi dengan diri saya sendiri,, beberapa tahun ke depan apa masih ada orang pintar dn orang jujur di Indonesia ini.
Begitu banyak yang harus dikorbankan demi predikat LULUS,,
kejujuran, kerja keras, nurani kemanusiaan dll.

ahhh, bukankah sudah saatnya para pembuat kebijakan bertanya pada nurani mereka sendiri,, sampai kapan rakyat sebagai  sang penerima kebijakan ini harus menjadi korban trial en error!

Sunday, June 5, 2011

Hujan bulan Juni

Tidak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya titik rindunya
kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu



Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono